KUMPULAN ARTIKEL
efek salju putih
Senin, 16 Juli 2012
Selasa, 03 April 2012
Budidaya Alpokat
Budidaya Alpukat
Deskripsi
Alpokat
(KBBI: Avokad), alpukat, atauPersea americana ialah tumbuhan
penghasil buah meja dengan nama sama. Tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan
Amerika Tengah dan kini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman pekarangan di
daerah-daerah tropika lainnya di dunia.
Pohon,
dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm.
Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10
milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100
hingga 1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter.
Buahnya
bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu
kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah apokat berwarna hijau muda
dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut.
Sejarah
Nama
apokat atau avokad (dari bahasa Inggris, avocado) berasal dari bahasa
Aztek, ahuacatl (dibaca kira-kira "awakatl"). Suku Aztek
berada di daerah Amerika Tengah dan Meksiko. Karena itu, buah ini pada awalnya
dikenal di daerah tersebut.
Pada
saat pasukan Spanyol memasuki wilayah tersebut sekitar awal abad ke-16,
berbagai tumbuhan dari daerah ini, termasuk apokat, diperkenalkan kepada
penduduk Eropa. Orang pertama yang memperkenalkan buah apokat kepada penduduk
Eropa yaitu Martín Fernández de Enciso, salah seorang pemimpin pasukan Spanyol.
Dia memperkenalkan buah ini pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Pada saat
yang sama juga, para pasukan Spanyol yang menjajah Amerika Tengah juga
memperkenalkan kakao, jagung, dan kentang kepada masyarakat Eropa. Sejak itulah
buah apokat mulai disebar dan dikenal oleh banyak penduduk dunia. Apokat diperkenalkan
ke Indonesia oleh Belanda pada abad ke-19.
Klasifikasi
ilmiah Apokat
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Nama
binomial
|
||||||||||||||
Persea
americana
Mill. |
Varietas
Varietas-varietas
alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Varietas Unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
Varietas Unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
Tinggi
pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
Bentuk
daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar
bulat panjang dengan tepi berombak.
Berbuah:
alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan,
alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
Berat
buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg.
Bentuk
buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong
(oblong).
Rasa
buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak,
gurih, agak kering.
Diameter
buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5
cm.
Panjang
buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9
cm.
Hasil:
alpukat ijo panjang 40-80 kg/pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar
20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
Varietas
Lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.
Syarat
Tumbuh
Iklim
Angin
diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun
demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan ranting
dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.
Curah
hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan
persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan
curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari
kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal
kedalaman air tanah maksimal 2 m.
Kebutuhan
cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko
dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila
dibandingkan dengan ras Hindia Barat.
Suhu
optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3°C. Mengingat
tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman
alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30°C atau lebih. Besarnya suhu
kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko
memiliki daya toleransi sampai -7°C, Guatemala sampai -4,5°C, dan Hindia Barat
sampai 2°C.
Media
Tanam
Tanaman
alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air,
(sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan
organik.
Jenis
tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir
(sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).
Keasaman
tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam
sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan
karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya
pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan
berkurang.
Ketinggian
Tempat
Pada
umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi,
yaitu 5-1500 mdpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang
memuaskan pada ketinggian 200-1000 mdpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan
Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 mdpl,
sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 mdpl.
Pembibitan
Persyaratan Bibit
Persyaratan Bibit
Bibit
yang baik antara lain yang berasal dari
Buah
yang sudah cukup tua.
Buahnya
tidak jatuh hingga pecah.
Pengadaan
bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian
bersilang.
Penyiapan
Bibit
Sampai
saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji)
dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi). Dari
ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena
tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan
berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat
berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama
dengan induknya.
Teknik
Penyemaian Bibit
Penyambungan
pucuk (enten)
Pohon
pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah berumur 6-7
bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yang
berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang
penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya
digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm.
Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok
sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping
pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita
karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok
dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok.
Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin,
dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit
sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih
sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane. Bibit
biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya
dilakukan pada saat permulaan musim hujan
Penyambungan
mata (okulasi)
Pembuatan
bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai
mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun,
serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada
saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit
pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut
dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya
disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu
dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di
antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi,
dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan
pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan
berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka.
Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira
5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat
lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka
bagian pohon pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan
lukanya diratakan,
kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan. Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.
kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan. Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.
Pengolahan
Media Tanam
Lahan
untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih dari
pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang
mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul
halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga
penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.
Teknik
Penanaman
Pola
Penanaman
Pola
penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara
varietasvarietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman
alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang
yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di
Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah
ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk,
dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah
collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen.
Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu,
penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang
memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling
menyerbuki satu sama lain.
Pembuatan
Lubang Tanam
Tanah
digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang
tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
Tanah
bagian atas dan bawah dipisahkan.
Lubang
tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur
dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
Lubang
tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak
lubang tanam.
Cara
Penanaman
Waktu
penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam
lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal
ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan.
Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
Lubang
tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
Bibit
dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah
tetap utuh.
Bibit
beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher
batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
Setiap
bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara
langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat
miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai
tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
Pemeliharaan
Tanaman
Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
Penggemburan
Tanah
Tanah
yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya
semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur
hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan
hati-hati agar akar tidak putus.
Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
Pemangkasan
Tanaman
Pemangkasan
hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau
ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka
bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan
sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.
Hama
dan Penyakit
Hama
pada Daun
Ulat
kipat (Cricula trisfenestrata Helf). Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam
bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah
menyala. Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan
yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat
kepompong bergelantungan. Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung
bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3
cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.
Ulat
kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.). Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran
25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau
tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa
terdapat di dalam kepompong yang berwarna coklat. Gejala: Sama dengan gejala
serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat
di antara daun. Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.
Aphis
gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas. Ciri: Warna tubuh hijau
tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang
biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut
berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat
tanaman akan kerdil dan terpilin. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida
berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter
atau Roxion 2 cc/liter.
Kutu
dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso. Ciri: Bentuk
tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung
putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18
pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya. Gejala: Pertumbuhan tanaman
terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan
buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama
kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung
bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion
30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.
Tungau
merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd). Ciri: Tubuh tungau betina berwarna
merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan.
Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5
mm. Gejala: Permukaan daun berbintikbintik kuning yang kemudian akan berubah
menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang
yang halus. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.
Pengendalian: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktif
dikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.
Hama
pada Buah
Lalat
buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.). Ciri: Ukuran tubuh 6-8 mm dengan bentangan
sayap 5-7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian
perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada
saat masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala:
Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama
sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk
karena dimakan larva. Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan
protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida
dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif
triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik adalah memusnahkan
semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari
dan mati.
Codot
(Cynopterus sp). Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang
buahbuahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas
gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan
adalah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan
jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga
dapat menimbulkan suara.
Hama
pada Cabang/Ranting
Kumbang
bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth/Xylosandrus morigerus Bldf). Ciri:
Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan berukuran
1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala: Terdapat lubang
yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat
semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun
menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati. Pengendalian:
Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot
insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene
75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1-2
cc/liter.
Penyakit yang disebabkan Jamur
Antraknosa.
Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai
miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna
jingga. Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar.
Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga,
buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur. Pengendalian: Pemangkasan
ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua
tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif
maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum
pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
Bercak
daun atau bercak cokelat. Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga
dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan
menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di
permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi
bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang
dapat dimasuki organisme lain. Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50
WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan
mengoleskan bubur Bordeaux.
Busuk
akar dan kanker batang. Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah
yang mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek.
Gejala: Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi
terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah
kematian pohon. Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan
warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki,
jangan sampai ada air yang menggenang/dengan membongkar tanaman yang terserang
kemudian diganti dengan tanaman yang baru.
Busuk
buah. Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada
luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah
ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang
kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan
kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/semprotkan fungisida Velimex 80 WP
yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
Panen
Ciri dan Umur Panen
Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri
buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:
warna
kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
bila
buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring;
bila
buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan
tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu
diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat
biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar. Untuk memastikannya,
perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut
masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan siap dipanen.
Cara
PanenUmumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik
menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk
dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberi
tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus
dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar,
luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
Periode
PanenBiasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim
berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di
Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen
dapat terjadi setiap bulan.
Prakiraan
ProduksiProduksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik
dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan
dari setiap pohon berkisar 50 kg.
Pasca
Panen
Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.
Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:
Tidak
cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
Cukup
tua tapi belum matang.
Ukuran
buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau
berbobot maksimal 400 g.
Bentuk
buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.
Buah
yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukat
yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.
Pemeraman
dan PenyimpananAlpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai
tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah
dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan
dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor,
tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan
lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan. Cara pemeraman alpukat masih
sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung
goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat
yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai
sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin
memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam
ruangan bersuhu 5°C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat
samapai 30-40 hari.
Sumber
: Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Minggu, 18 Maret 2012
TEKNIK PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG
Kebutuhan akan protein hewani semakin meningkat,seiring
dengan pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin bertambahn, Ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber protein hewani yang
dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. ikan
lele dumbo dapat bertahan hidup dan berkembang baik di perairan yang buruk,
sehingga banyak pembudidaya ikan lele mencari bibit ikan lele.
Sedikit uraikan yang saya berikan secara singkat teknik pemijahan lele
dumbo, yang dapat dilakukan pada lahan yang sempit :
Pematangan Gonad
Pematangan gonad lele sangkuriang dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 50 m2, keringkan selama 2-4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam, isi air setinggi 50-70 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 300 ekor induk ukuran 0,7-1,0 kg, beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele dumbo sebanyak 3% setiap hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
Pematangan di bak
Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan baktembok ukuran panjang 8m, lebar 4m dan tinggi 1m; keringkan selama 2-4 hari, isi air setinggi 80-100 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 100 ekor induk, beri pakan tambahan (pellet) sebanyak 3 persen/hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
Seleksi
Seleksi induk lele sangkuriang dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh.
Tanda induk betina yang matang gonad :
- perut gendut dan tubuh agak kusam
- gerakan lamban dan punya dua lubang kelamin
- satu lubang telur satu lubang kencing
- alat kelamin kemerahan dan agak membengkak
Tanda induk jantan yang matang gonad :
- gerakan lincah, tubuh memerah dan bercahaya
- punya satu lubang kelamin yang memanjang, kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih.
Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
- Pemijahan Alami
- Siapkan bak berukuran panjang 2m, lebr 1m, dan tinggi 0,4 m
- Keringkan selama 2-4 hari
- Isi air setinggi 30 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan
- Pasang hapa halus seusai ukuran bak
- Masukkan ijuk secukupnya
- Masukkan 1 ekor induk betina yang sudah matang gonad pada siang atau sore hari
- Masukkan pula 1 ekor induk jantan
- Biarkan memijah
- Esok harinya tangkap kedua induk dan biarkan telur menetas di tempat itu.
Hasil pemijahan alami lele sangkuriang biasanya kurang memuaskan.Jumlah telur yang keluar tidak banyak.
B. Pemijahan Semi Alami
- Perbandingan induk jantan dan betina 1:1 baik jumlah maupun berat
- Penyuntikkan langkahnya sama dengan pemijahan buatan
- Pemijahan langkahnya sama dengan pemijahan alami
C. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan memerlukan keahlian khusus. Dua langkah kerja yang harus dilakukan dalam sistem ini adalah penyuntikkan, pengambilan sperma dan pengeluaran telur.
- Penyuntikkan dengan ovaprim
Penyuntikkan adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang digunakan adalah ovaprim. Caranya, siapkan induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,3 mil ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikkan ke dalam tubuh induk tersebut; masukkan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 jam.
- Penyuntikkan dengan hypofisa
Penyuntikkan bisa juga dengan ekstrak kelenjar hypofisa ikan mas atau lele dumbo. Caranya siapkan induk betina yang sudah matang gonad ; siapkan 1,5 kg ikan mas ukuran 0,5 kg; potong ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutup insang; potong bagian kepala secara horizontal tepat dibawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypofisa; masukkan ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukkan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypofisa itu; suntikkan ke dalam tubuh induk betina; masukkan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selama 10 jam.
- Pengambilan Sperma
Setengah jam sebelum pengeluaran tleur; sperma harus disiapkan. Caranya:
1. Tangkap induk jantan yang sudah matang kelamin
2. Potong secara vertikal tepat di belakang tutup insang
3. Keluarkan darahnya
4. Gunting kulit perutnya mulai dari anus hingga belakang insang
5. Buang organ lain di dalam perut
6. Ambil kantung sperma
7. Bersihkan kantung sperma dengan tisu hingga kering
8. Hancurkan kantung sperma dangan cara menggunting bagian yang paling banyak
9. Peras spermanya agar keluar dan masukkan ke dalam cangkir yang telah diisi 50 ml (setengah gelas) aquabides
10. Aduk hingga homogen.
Pengeluaran Telur
Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 jam dari peyuntikkan, namun 9 jam sebelumnya diadakan pengecekkan.
Cara pengeluaran telur:
1. Siapkan 3 buah baskom plastik, 1 botol Natrium Chlorida (infus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu
2. Tangkap induk dengan sekup net
3. Keringkan tubuh induk dengan lap
4. Bungkus induk dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka
5. Pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya
6. Pijit bagian perut ke arah lubang telur
7. Tampung telur dalam baskom plastic
8. Campurkan larutan sperma ke dalam telur
9. Aduk hingga rata dengan bulu ayam
10. Tambahkan Natrium Chlorida dan aduk hingga rata
11. Buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah
12. Telus siap ditetaskan.
Penetasan
Penetasan lele sangkuriang dimasukkan ke dalam bak tembok. Caranya :
1. Siapkan sebuah bak tembok ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m
2. Keringkan selama 2-4 hari
3. Isi bak tersebut dengan air setinggi 30 cm dan biarkan air mengalir selama penetasan
4. Pasang hapa halus yang ukurannya sama dengan bak
5. Beri pemberat agar hapa tenggelam (misalnya kawat behel yang diberi selang atau apa saja
6. Tebarkan telur hingga merata ke seluruh permukaan hapa
7. Biarkan telur menetas dalam 2-3 hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele sangkuriang menetas 30-36 jam setelah pembuahan pada suhu 22-25 0C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.
MANAJEMEN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
Kegiatan budidaya lele sangkuriang di tingkat pembenih/pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembenihan, penyakit banyak ditimbulkan oleh adanya serangan organisme pathogen sedangkan pada kegiatan pembesaran, penyakit biasanya terjadi akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Kegagalan pada kegiatan pembenihan ikan lele dapat diakibatkan oleh serangan organisme predator (hama) ataupun organisme pathogen (penyakit). Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain insekta, ular, atau belut. Serangan lebih banyak terjadi bila pendederan benih dilakukan di kolam tanah dengan menggunakan pupuk kandang. Sedangkan organisme pathogen yang lebih sering menyerang adalahIchthiopthirius sp, Trichodina sp, Dacttylogyrus sp, dan Aeromonas hydrophyla.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan kolam di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan manajemen lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Bila serangan sudah terjadi,benih harus dipanen untuk diobati. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Manajemen lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam dan tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disinfeksi (bila diperlukan), pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan probiotik.
Sabtu, 22 Oktober 2011
Budidaya lele Sangkuriang
Dapat
untung besar sudah menjadi harapan setiap pembudidaya, termasuk dalam usaha
pembesaran. Dengan keuntungan tersebut, mereka dapat menikmati hasil jerih
payahnya, sekaligus dapat menambah skala usahanya. Namun harapan tak mungkin
terwujud tanpa upaya yang jelas dan terarah. Untuk mewujudkan harapan itu,saya mencoba menyumbangkan sedikit sumbangan pemikiran.
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m –
800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu
spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan
suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki
ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala
massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya
artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang
dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di
kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak
plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau
sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter
kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai
berikut:
1.Suhu
air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air
akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan
serta kelarutan oksigen dalam air.
2. pH
air yang ideal berkisar antara 6-9.
3.Oksigen
terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan
dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di
kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan
dan pengeluaran air.
Pada kali ini saya berbagi pengalaman membudidayakan ikan lele sangkuriang di kolam terpal.
Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya
dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang
terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan
untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh pabrik
dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran.
Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai
dengan besar kolam yang kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat
dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah. Lahan yang digunakan
untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan
yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif.
Keuntungan dari kolam terpal adalah :
a. Terhindar dari pemangsaan ikan liar.
b. Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan
pergantian air maupun panen. Selain itu untuk mempermudah penyesuaian
ketinggian air sesuai dengan usia ikan.
c. Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro.
d. Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak
bersih, dan tidak berbau dibandingkan pemeliharaan di wadah lainnya.
Tahap Persiapan Kolam Terpal
Persiapan
untuk budi daya lele sangkuriang dengan
kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam , persiapan material terpal ,dan
persiapan perangkat pendukung lainya. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan
dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara. Untuk Pembesaran sampai
tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 5x 0.6 meter, yang bisa
diisi dengan 1000 ekor lele sangkuriang ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa
dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu
yang kemudian diberi terpal. Cara pertama lebih membuat terpal tahan lebih
lama.
Sebelum digunakan, sebaiknya kolam dipupuk terlebih dahulu. Pemupukan
bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi
makanan alami bagi benih lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang
(kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambahkan urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2.
Tahapan pemupukannya adalah mula-mula kolam diisi air setinggi 30-50 cm
dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi
cokelat atau kehijauan, yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik
yang tumbuh sebagai makanan alami lele. Kemudian secara bertahap
ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
Pertumbuhan pakan alami pada media pemeliharaan (fitoplankton dan zooplankton) juga dapat dibantu dengan penggunaan probiotik/bakteri organik yang telah banyak tersedia. Penggunaan probiotik yang berlebihan (baik yang dicampur dalam pakan maupun ditebar langsung pada badan air/kolam) bukanlah tindakan yang bijak. Idealnya jenis dan takaran probiotik untuk setiap kolam berbeda-beda, tergantung dari kondisi masing-masing kolam berdasarkan hasil pemantauan berkala terhadap nilai pH (derajat keasaman), DO (oksigen terlarut), salinitas, suhu serta tingkat kejernihan air kolam, dan lainnya. Jenis dan kepadatan/konsentrasi kandungan bakteri pada setiap merk produk probiotik berbeda-beda. Dengan demikian penggunaannya pun hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan. Pemakaian probiotik yang berlebihan justru tidak tepat sasaran.
Pertumbuhan pakan alami pada media pemeliharaan (fitoplankton dan zooplankton) juga dapat dibantu dengan penggunaan probiotik/bakteri organik yang telah banyak tersedia. Penggunaan probiotik yang berlebihan (baik yang dicampur dalam pakan maupun ditebar langsung pada badan air/kolam) bukanlah tindakan yang bijak. Idealnya jenis dan takaran probiotik untuk setiap kolam berbeda-beda, tergantung dari kondisi masing-masing kolam berdasarkan hasil pemantauan berkala terhadap nilai pH (derajat keasaman), DO (oksigen terlarut), salinitas, suhu serta tingkat kejernihan air kolam, dan lainnya. Jenis dan kepadatan/konsentrasi kandungan bakteri pada setiap merk produk probiotik berbeda-beda. Dengan demikian penggunaannya pun hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan. Pemakaian probiotik yang berlebihan justru tidak tepat sasaran.
Penebaran Benih
Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi/sore hari. Pada kedua
kondisi ini umumnya perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar
kolam tidak terlalu besar. Jika perbedaan suhu air wadah benih dan air
kolam tebar cukup signifikan, maka perlu dilakukan upaya penyamaan suhu
air wadah benih secara bertahap terlebih dahulu agar benih tidak stres
saat ditebarkan.
Kedalaman air kolam tebar pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dan ukuran benih. Sedapat mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara langsung. Sebaiknya benih ikan tidak ditebar langsung dari wadah ke kolam. Cara yang sering dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan benih ikan ke dalam kolam tebar secara hati-hati, perlahan dan bertahap. Benih ikan akan mendapat kesempatan beradaptasi (walau sebentar) dengan lingkungan air kolam tebar sedini mungkin meskipun masih berada dalam wadahnya. Kemudian benih ikan dibiarkan keluar sendiri-sendiri dari wadahnya secara bertahap menuju lingkungan air kolam tebar yang sesungguhnya.
Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 100-150 ekor/m2 yang berukuran 8-10 cm.
Kedalaman air kolam tebar pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dan ukuran benih. Sedapat mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara langsung. Sebaiknya benih ikan tidak ditebar langsung dari wadah ke kolam. Cara yang sering dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan benih ikan ke dalam kolam tebar secara hati-hati, perlahan dan bertahap. Benih ikan akan mendapat kesempatan beradaptasi (walau sebentar) dengan lingkungan air kolam tebar sedini mungkin meskipun masih berada dalam wadahnya. Kemudian benih ikan dibiarkan keluar sendiri-sendiri dari wadahnya secara bertahap menuju lingkungan air kolam tebar yang sesungguhnya.
Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 100-150 ekor/m2 yang berukuran 8-10 cm.
Pertama kali kolam terpal diisi dengan air yang tidak terlalu dalam
terlebh dahulu, untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi air 40 cm
terlebih dahulu, agar ikan tidak terlalu capek naik dan turun dasar
kolam untuk mengambil oksigen, seiring dengan bertambahnya usia dan
ukuran kedalaman air ditambah. Perlu disediakan pula rumpon atau semacam
perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang
bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih
bagus lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit.
Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong
emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan makanan alami tersebut.
Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan
protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele lebih cepat. lele sangkuriang dapat di panen untk layak komsumsi tiga bulan setelah penebaran benih.
Langganan:
Postingan (Atom)